Kejadian 30:25-43
Dunia ini penuh dengan persaingan (kompetisi) baik dalam dunia kerja, pelayanan, pendidikan bahkan juga dalam rumah tangga. Orang tua, pemuda, remaja dan juga anak-anak terlibat dalam persaingan. Dalam persaingan banyak orang kehilangan dasar pijaknya atau pegangan yang benar yaitu Firman Allah. Firman Allah tidak lagi menjadi dasar, pengaontrol dan pemimpin lagi. Akibatnya banyak orang kehilangan spiritualitannya dan kemanusiaannya yaitu terjadi penghinaan terhadap martabat manusia; pembunuhan, penganiayaan dan penghambat bagi pekerjaan orang lain.
Dalama kekristenan hanya diijinkan istilah : “berkarya”. Profesi apapun yang saudara miliki baik itu seorang pemimpin, karyawan, pelayan Tuhan dan kepala keluarga sekalipun, kita dipanggil untuk berkarya bersama orang lain dengan setia sampai karya kita dipakai Tuhan untuk memberkati banyak orang dan memuliakan diri-Nya.
Dalam teks ini mengisahkan persainagn yang luar biasa dalam keluarga yaitu persaingan untuk memperoleh keturunan (Kej, 30:1-24), dan dalam dunia kerja adalah persaingan untuk memperoleh ternak yang banyak, yang lebih sehat, gemuk dan kuat (Kej, 30:25-43).
Khusus dalam Kejadian 30:25-43, melukiskan kecerdikan Yakub dalam bekerja keras untuk memperoleh ternak (Kambing Domba) dari pamannya Laban. Teks ini juga menjelaskan kelicikan Laban (Paman Yakub), dengan menipu dan memperdayakan Yakub.
Suatu babak perjanjian kerja yang baru antara Yakub dan Laban yaitu bekerja untuk memperoleh hewan ternak (ay. 31-34). Ini adalah babak kerja yang kedua Yakub, dari babak pertama yaitu bekerja untuk memperoleh Istri-istrinya. Inilah proses perjanjian yang harus dilalui Bapa Orang Beriman (Yakub) yang telah mengalami perjumpaan dengan Allah di Betel.
Ada tiga (3) kebenaran penting yang diajarkan Yakub dalam perjalanan hidupnya bagi kita sebagai orang beriman zaman sekarang, yaitu:
1. Istilah Cerdik atau Licik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata cerdik diartikan sebagai:
a. Cepat mengerti (tt. Situasi dsb) dan pandaio mencari pemecahannya dsb; panjang akal.
b. Banyak akal (tipu muslihatnya); licik, lcin … buruk, pandai menipu, suka mengakali orang.
Kata “Licik” artinya, banyak akal yang buruk, pandai menipu, culas dan curang.
Ada dua tokoh utama dalam cerita ini yaitu, si Cerdik Yakub dan si Licik Laban. Laban adalah seorang pemimpin sekaligus paman bagi Yakub, seharusnya ia berlaku cerdik, tidak curang dan memperdaya Yakub. Alkitab menujukan bahwa Laban adalah pribadi yang sangat licik (31:2,5 dan 7) = Laban berubah. Berubah dari tidak baik menjadi lebih tidak baik, dari licik dan curang menjadi lebih licik dan lebih curang.
Kelicikan Laban membuat ia kehilangan spiritualitasnya sebagai orang yang beragama (menyembah Terafim) dan kehilangan kemanusiaannya sebagai seorang paman, pemimpin/pengusaha. Laban berlaku curang dengan mengubah semua upah yang seharusnya menjadi milik Yakub menjadi miliknya sendiri.
Sebagai seorang pemimpin, pengusaha dan paman seharusnya, kita memperlakukan para karyawan dan keluarga dengan baik sebagaimana kita ingin juga diperlakukan dengan baik. Inilah kebenarannya. Dalam Injil, Yesus Kristus berkata: “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.” (Mat. 7:12). Ini adalah aturan emas dan hukum posetif yang Tuhan Yesus ajarkan.
Sifat dan orang seperti siapakah yang akan anda pilih? Si Cerdik Yakub atau si Licik Laban!
2. Orang yang cerdik setia bekerja keras sampai pekerjaanya itu dipakai Tuhan untuk memberkati (memperkaya) banyak orang (ay. 27-30).
Orang yang berjumpa dengan Allah dan berada dalam perjanjian yang benar dengan Allah akan memperkaya banyak orang. Cara berpikir dan gaya hidup Yakub berubah dalam perjumpaannya dengan Allah di Betel. Peristiwa Betel memotifasi Yakub untuk berkarya lebih keras dan melupakan ancaman dari luar (Esau kaknya).
Istri dan anak-anak Yakub merupakan upah (hasil) dari kerja keras Yakub pada Laban. Dalam Alkitab versi Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) berbunyi: “Mereka telah saya peroleh dengan bekerja keras sekali pada Paman.” Istilah “bekerja” kurang lebih empat kali dipakai dalam teks ini yaitu pada ayat 26, 29 dan 30, itu berarti kata dan tindakan bekerja sangan penting dan besar maknanya bagi kehidupan dan karya Yakub. Perjumpaan dengan Allah di Betel membuat Yakub mengenal betul siapa Allahnya dan bagaimana Allah itu adanya. Allah adalah Allah yang bekerja (berkarya) dari mulanya sampai selamanya. Bekerja adalah jatidiriNya Allah. Allah tidak bisa dipisahkan dari yang namanya bekerja.
Perjumpaan dengan Allah, membuat Yakub mengenal dengan benar dan mengenal siapa dirinya dihadapan Allah. Yakub mengenal dirinya sebagai pribadi yang dipanggil untuk bekerja, sebab bekerja adalah bukti kemanusiaan Yakub.
Sejak awal, Tuhan tidak menciptakan manusia untuk menjadi penganggur, bukan untuk berpangku tangan, melainkan untuk berlelah tangan (bekerja). Manusia yang tidak bekerja mengingkari kemanusiaannya. Manusia harus bekerja. Tanpa bekerja manusia tidak sungguh-sungguh menjadi manusia. Semestinya pekerjaan membuat manusia lebih manusiawi. Bekerja dengan tekun dan setia lebih merupakan respon terhadap panggilan Ilahi.
Semasa hidupnya, Bunda Theresa menasehatkan para pengikutnya untuk tidak mempersoalkan besar kecilnya pekerjaan. Katanya, : “Jangan mencari yang besar-besar, cukup mengerjakan yang kecil-kecil dengan cinta yang besar… makin kecil yang kita hadapi, harus makin besar cinta yang kita berikan. Kualitas menjadi “kata kunci” dan kesetiaan menjadi “patron”.
Dalam ayat 27 dan 30, menjelaskan bahwa kerja keras Yakub dipakai Tuhan untuk memberkati Laban. Tuhan akan bekerja dalam diri orang yang bekerja. Hanya orang yang bekerja keraslah yang mengetahui bahwa Allah bekerja dalam diri mereka. Dan pekerjaan itu akan dipakai Tuhan memberkati banyak orang, memberkati rumah tangga, kantor dan tempat dimana kita berkarya.
Ayat 29,30 => Yakub bekerja keras dan hewan ternak bertambah banyak (berkembang dengan sangat). Alkitab Versi BIS menerjemahkan ayat 30 : “Tetapi sekarang paman sudah kaya.” Orang yang berjumpa dengan Allah seperti Yakub ini akan memperkaya banyak orang. Ketika ia memperkaya banyak orang, ia sendiri tidak kehilangan kekayaannya.
Ayat 31, Yakub memberikan kita pelajaran penting yaitu: Yakub tidak memperoleh kekayaan dengan cara menerima pemberian orang lain (meminta-minta) atau mencuri, melainkan ia bekerja keras… ia tidak gampang menerima sesuatu dari orang lain walaupun itu Paman sendiri, bahkan sekalipun itu juga haknya.
Sebagai Bapa Orang beriman, ia memberikan kita pelajaran penting yaitu: harus bekerja dengan keras dan menjalani kehidupan ini tanpa harus meminta-minta dari orang lain. Yakub mengerti betul dirinya memiliki potensi kreatifitas yang luar biasa yang terus berkembang dan sanggup memuliakan Allah.
Profesi sebagai gembala dalam teks ini mendapat sorotan yang penting, dimana profesi ini ditinggalkan orang, mungkin dianggap hina dan kotor. Tetapi profesi ini yang awal mulanya disorot Alkitab. Yakob seorang Gembala. Sebagai seorang gembala, ia cerdik karena menggunakan dunia pertanian (pohon-pohon) demi kemajuan dunia peternakan. Orang yang cerdik itu kreatif dan berkembang. Waktu empat belas (14) tahun bekerja membuatnya maju dalam pengetahuannya. Iman Kristen yang sejati akan melahirkan kemajuan dalam pengetahuan yang benar dan pengetahuan itu akan melahirkan moralitas yang akuntabel, dan pengetahuan dan moralitas itu akan memperkokoh iman Kristen yang sejati.
Marilah kita bekerja keras, sebagai respon kita terhadap panggilan Allah, sampai kerja keras kita dipakai Tuhan untuk memberkati keluarga, gereja kita, perusahaan kita, sekolah kita, dll, sampai keluar pernyataan : “…telah nyata kepadaku, bahwa Tuhan memberkati aku karena engkau.” (pernyataan Laban. Ayat 27).
3. Dalam semua kecerdikannya, Yakub bekerja dngan jujur (rigtausness) dan akuntabel. (Yakub bekerja dengan integritas yang murni). Ayat 33.
Bapa orang beriman ini memberikan pengajaran penting melalui karya dan hidupnya bahwa kejujuran dan akuntabilitas itu penting sekali sebagai bukti dari integritas orang Kristen.
Dalam bekerja seorang Kisten dituntut untuk hidup jujur dan akuntabel.
Sebagai seorang gembala, hamba Tuhan, pemimpin, politikus, seniman, artis, guru, pelajar, suami dan istri kita dituntut untuk hidup jujur dan akuntabel dihadapan manusia dan Tuhan.
Dalam bekerja Yakub membutuhkan kejujuran dan akuntabilitas, sebagai wujud dari integritasnya yang mulia dihadapan Tuhan, Laban pamannya, istri-istrinya dan anak-anaknya.
Integritas lahir dari Etika dan Moralitas. Secara sederhana, etika adalah standar tentang mana yang benar dan salah, baik dan jahat. Etika adalah apa yang kita pikir baik dan salah, baik dan jahat. Sedangkan Moralitas adalah tindakan aktual tentang hal yang baik dan salah, baik dan jahat. Etika berada pada level teoretika dan Moralitas berada pada level praktika. Integritas adalah integrasi antara etika dan moralitas. Semakin keduanya berintegrasi, semakin tinggi level integritas kita..
Yakub semakin mengkristal dalam kebenaran Tuhan. Pengalaman hidup yang diperdaya oleh pamannya Laban tidak membuat dia kehilangan self-kontrol yakni Firman Allah. Yakub bekerja dengan jujur dan siap diperiksa oleh siapa saja (oleh Laban dan Tuhan).
Orang yang berintgritas seperti Yakub tidak memiliki sesuatu yang perlu disembunyikan atau ditakuti. Hidup mereka transparan bagai surat yang terbuka. Dalam Alkitab Perjanjian Lama ada beberapa tokoh yang mendemonstrasikan prinsip demikian yaitu:
a. Daniel. Saat orang tidak percaya mencari-cari alasan untuk mendakwanya, mereka tidak menemukan kesalahan apapun dalam hidup Daniel. Ia hidup tidak bercacat (Daniel 6:5,6)
b. Samuel. Dalam pidato perpisahannya dihadapan bangsa Israel, Ia berkata bahwa sebagai pemimpin bangsa Israel dari sejak muda sampai tua, Ia akan mengembalikan segala sesuatu yang dianggap telah di ambil atau di nikmati secara tidak adil (1 Samuel 12:1-5). Suatu pernyataan tantangan yang luar biasa dan yang lebih luar biasa lagi adalah tidak ada seorangpun yang merasa di curangi oleh Samuel.
Bersediakah kita untuk diperiksa baik oleh manusia maupun oleh Allah? Adakah kita berintegritas?
Dikhotbahkan di Gereja Allah Di Indonesia Jemaat Serafim
oleh : Ev Jakma Asamau, S.Th., M.A
"Orang yang bersyukur akan bersyukur dalam segala sesuatu. Orang yang mengeluh akan mengeluh meskipun ia sesungguhnya tinggal di Sorga."
Jumat, 05 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
PENGABARAN INJIL DI PULAU TIMOR - Oleh Rev. Gordon Dicker, B.A., B.D.
LAPORAN BUKU Rev. Gordon Dicker, B.A., B.D. PENGABARAN INJIL DI PULAU TIMOR Suatu studi mengenai Gereja Masehi Injili di Timor dal...
-
LAPORAN BUKU Rev. Gordon Dicker, B.A., B.D. PENGABARAN INJIL DI PULAU TIMOR Suatu studi mengenai Gereja Masehi Injili di Timor dal...
-
Tangan-Mulah yang membentuk dan membuat aku, tetapi kemudian Engkau berpaling dan hendak membinasakan aku (Ayub 10:8), Umat yang telah Kuben...
-
Visioner Karakteristik pemimpin paling penting yang membedakannya dengan non pemimpin adalah kejelasan tujuan yaitu menetapkan sebuah visi ...
1 komentar:
wah...ternyata 'Yakub' juga berarti 'Bapa Orang Beriman'....
kirain cuman Abraham...gw yg keliru atw?
Posting Komentar