Jumat, 26 Maret 2010

KRISIS DAN IRONI KEPEMIMPINAN

Krisis Kepemimpinan Global

Kepemimpinan tidak identik dengan posisi. Kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu posisi otoritas. Kendati posisi otorits yang diformalkan mungkin sangat mendorong proses kepemimpinan, tetapi sekedar menduduki posisi itu tidak memadai untuk membuat seseorang menjadi pemimpin. Melainkan kepemimpinan adalah sebuah fungsi. Atau dapat dikatakan, kepamimpinan adalah suatu proses mempengaruhi cara berpikir, perilaku atau perkembangan orang untuk mencapai satu tujuan dalam kehidupan pribadi atau profesional mereka, anda sedang menjalankan peran/fungsi sebagai pemimpin.
Walaupun secara formal ada banyak pemimpin yang kita miliki yaitu mereka yang menduduki posisi kepemimpinan dalam pemerintahan, bisnis, universitas dan gereja. Namun realita yang nampak sangat mengecewakan. Antara lain. pejabat pemerintah diberbagai tingkat haus kuasa dan terus ingin berkuasa sedangkan orientasi melayani masyarakat semakin sirna. Mengenai kenyataan pemerintah yang haus kuasa dan lalai melayani masyarakat, ”Krisis ini berpangkal dalam krisis etika. Etika mengajarkan apa yang seharusnya; apa yang sebaliknya. Misalnya pemimpin mengatakan mereka adalah abdi negara, abdi masyarakat, namun yang muncul adalah haus kuasa dari pada pengabdian. Banyak pemimpin menindas bawahan daripada mengayominya. Banyak pemimpin memeras rakyat ketibang melayaninya.” Dalam dunia bisnis ada banyak skandal korporat yang terkait dengan para pemimpin, ada banyak tindakan tidak etis yang terjadi dengan para pegawai dan pelanggan.
Yang paling tragis lagi adalah gereja, kelompok yang sering dianggap – setengah ilahi - setengah manusia, juga mengalami yang namanya krisis kepemimpinan. Gereja telah kehilangan pengaruhnya karena absennya kepemimpinan yang efektif. Fenomena ini menunjukkan bahwa dunia sedang mengalami krisis kepemimpinan global. Adapun penyebab krisis kepamimpinan ini adalah karena pemimpin yang tidak kapabel secara moral dan teknis, pemimpin tidak diperlengkapi dengan kompetensi kepemimpinan yang mapan, pemimpin cacat dalam karakter dan integritas pribadi, adanya vaksin anti kepemimpinan yang berakibat pada tidak adanya usaha untuk menciptakan pemimpin-pemimpin yang baru, serta masalah ignorance = ketidakpedulian terhadap situasi bahwa kita tidak ada pemimpin.

Memimpin Di Tengah Dua Pilihan Adopsi Atau Aborsi

Ada dua fenomena tragis yang mestinya mendpat perhatian khusus dari setiap pemerhati dan praktis kepemimpinan Kristen yaitu dunia bisnis yang dipersepsi sebagi sekular dan kotor, berusaha mengadopsi prinsip dan pola kepemimpinan biblikal. Sedangkan gereja (Umat Allah, tubuh Kristus, baik sebagai institusi maupun yang berkarya diberbagai bidang), malah bertindak mengaborsi prinsip dan pola kepemimpinan yang biblikal. Adapun area-area yang mengalami proses adopsi dan aborsi adalah :

VISI :

Visi adalah konsep biblikal. Visi merupakan suatu gambaran tentang masa depan. Visi adalah suatu gambaran yang jelas dalam jiwa kita mengenai masa depan yang dikehendaki, yang ditanamkan oleh Allah kepada hamba pilihan-Nya dan didasarkan pada pemahaman yang akurat tentang Allah, diri sendiri dan situasi yang ada. Oleh karena visi diberikan oleh Allah maka Alkitab merupakan dasar dan sekaligus dokumen tertua yang memuat dan mengajarkan tentang visi secara eksplisit. Alkitab mengatakan ,”Jika tidak ada wahyu (Visi), menjadi liarlah rakyat.” (Ams 29 :18). Yesus dalam pelayanan-Nya pun selalu mempunyai visi yang jelas. Alkitab menjelaskan bahwa sebelum Yesus terangkat ke sorga, Yesus kembali menegaskan Visi-Nya kepada para murid (Mat 28:19-20).
Namun dalam perjalanan perkembangan gereja yang merupakan komunitas umat Allah dan sekaligus menyatakan bahwa Alkitab sebagai dasar ajaran gereja, tetapi kenyataannya gereja sendiri yang tidak mempraktekkan apa yang diungkapkan oleh Alkitab. Gereja mengaborsi konsep Alkitab tentang visi yang adalah gambaran masa depan gereja. Hal ini mengakibatkan roda perjalanan gereja pun menjadi terhambat bila dibandingkan dengan lembaga-lembaga sekuler.

AKUNTABILITAS:

Seluruh konsep kepamimpinan Kristen bertumpu pada satu azas yaitu hanya ada satu pemimpin yang sejati yaitu Tuhan Allah sendiri. Pemimpin yang lain adalah pemimpin-pemimpin dalam huruf kecil, yang bersifat relatif dan sekaligus subordinatif terhadap pemimpin yang sejati yaitu Tuhan Allah. Dengan demikian akuntabilitas merupakan suatu keharusan bagi setiap pemimpin. Apalagi seorang pemimpin Kristen.
Akuntabilitas menjaga pemimpin agar tetap memiliki pengaruh yang tajam (Ams 27:17). Jadi Semakin besar kepercayaan dan tanggungjawab yang diberikan kepada seorang pemimpin, semakin besar akuntabilitas yang ia miliki dihadapan Allah dan umat-Nya (Luk 12:48). Tanggungjawab terakhir para pelaku ekonomi dan bisnis, bahkan para pemimpin-pemimpin Kristen bukan kepada manusia, melainkan kepada Allah. Bertanggung jawab kepada Allah berarti: bertanggungjawab atas kesejahteraan penuh setiap dan seluruh ciptaan-Nya (termasuk disini para pekerja, para pelanggan, para jemaat, bahkan seluruh masyarakat dan lingkungan hidup).
Akuntabilitas adalah hal yang sangat krusial dan telah lama lenyap dari dalam diri pemimpin Kristen. Baik di dalam gereja maupun diluar gereja, orang tidak lagi mengutamakan akuntabilitas. Bahkan akuntabilitas itu sendiri di aborsi oleh umat Kristen sendiri, sehingga moral hidup pemimpin Kristen tidak lagi mencerminkan kemuliaan kristus melainkan kehidupan duniawi yang semakin bobrok di hadapan Allah.

PEMBERDAYAAN :

Pemberdayaan dalam istilah menajemen disebut “Empowerment”, jelas-jelas merupakan konsep biblikal. Dalam Efesus 4:12, dijelaskan bahwa Allah memberikan berbagai karunia kepada orang percaya dengan tujuan untuk memberdayakan tubuh Kristus. Rasul Paulus dalam pelayanannya sangat memperhatikan ide pemberdayaan yaitu untuk membawa manusia (jemaat) semakin sempurna dalam Kristus (Kol 1:28). Jemaat seharusnya dibina, diperlengkapi, diberi kepercayaan, kesempatan, akses dan fasilitas untuk menjadi yang terbaik dari yang terbaik. Atau dengan lain kata agar jemaat bisa menjadi pemimpin-pemimpin yang baru. Jauh sebelum manajer modern, Yesus sibuk mempersiapkan orang-orang bagi masa depan. Dia tidak bermaksud untuk memilih seorang pangeran bermahkota, tetapi untuk menciptakan suatu generasi terus menerus. Ketika tiba waktu-Nya untuk meninggalkan para murid-Nya, Dia tidak melakukan program dadakan tentang pengembangan kepemimpinan – kurikulum telah diajarkan selama tiga tahun dalam ruang kelas kehidupan.
Namun sayang, pemberdayaan yang merupakan pola kepemimpinan biblikal juga diaborsi oleh pemimpin-pemimpin Kristen. Pemimpin merasa dirinya yang mendapat panggilan Tuhan untuk menjadi pemimpin, sehingga kepentingan dan panggilannya untuk memberdayakan atau menciptakan pemimpin baru tidak dipedulikan mereka.

KEPEMMPINAN YANG MELAYANI (SERVANT LEADERSHIP)

Yesus mengajarkan Servant Leadership dengan sangat jelas: “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani.” Markus 10:45. Selanjutnya Yesus berkata dalam Mat 20: 25-28,…tidaklah demikian diantara kamu, barangsiapa ingin menjadi besar diantara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa ingin menjadi terkemukan diantara kamu, handaklah ia menjadi hambamu…Artinya kepemimpinan Yesus adalah kepamimpinan yang melayani. Dan Yesus menginginkan setiap pengikut-Nya juga melayani. Esensi pemimpin Kristen tidak terletak pada jabatan, pangkat, gelar melainkan pada tindakan melayani. Bagi para pengikut Yesus kepemimpinan sebagai tindakan pelayanan bukan pilihan. Itu adalah mandat bukan perintah. Kepemimpinan yang melayani harus menjadi statemen hidup dari mereka yang tinggal dalam Kristus, cara kita memperlakukan satu sama lain, dan cara kita memperlihatkan cinta Kristus kepada seluruh dunia.”
Namun filosofi kepemimpinan yang biblikal ini diaborsi oleh para pemimpin Kristen. Pemimpin Kristen mencampakan prinsip kepemimpinan yang Tuhan Yesus sendiri ajarkan dan modelkan. Sedangkan diluar sana, dunia bisnis, dunia sekular mulai perlahan-lahan menerapkan (mengadopsi) prinsip kepemimpinan yang melayani dalam lingkungan mereka.

Tidak ada komentar:

PENGABARAN INJIL DI PULAU TIMOR - Oleh Rev. Gordon Dicker, B.A., B.D.

LAPORAN BUKU Rev. Gordon Dicker, B.A., B.D. PENGABARAN INJIL DI PULAU TIMOR Suatu studi mengenai Gereja Masehi Injili di Timor dal...